Monday, November 4, 2013

MENELADANI KONSEP JIHAD HASAN AL BANNA



Hasan al banna berkata : “ada tingkatan amal yang dituntut dari seorang al akh (saudara muslim) yang tulus” adalah sebagai berikut :
1. Ishlahun Nafs (Perbaikan Diri Sendiri)
Sebelum berdakwah, kita mesti memperbaiki diri sendiri, dan lakukan sesuatu yang akan kita dakwahkan terlebih dahulu. Jangan sampai kita kaburo maktan, Na’udzubillah. Sebelum kita menyuruh orang lain untuk melakukan kebaikan, maka kita harus melakukan terlebih dahulu. Sama halnya jika kita ingin berdakwah kepada orang lain, langkah awal yang harus dilakukan adalah memperbaiki diri sendiri, supaya dakwah kita mudah tersampaikan dan dapat diterima oleh masyarakat. Karena apa yang kita sampaikan akan terus diingat oleh orang yang menjadi objek dakwah kita itu. Dan bisa jadi apa yang kita katakan adalah menjadi teladan bagi siapapun yang mendengar atau menyimaknya. Maka disini sangat penting, sebelum kita menyampaikan sesuatu kepada orang lain, kita sudah melaksanakan apa yang kita sampaikan tersebut. Karena Imam Hasan Al Banna tidak pernah menyampaikan sesuatu yang belum pernah dilakukannya. Karena seburuk-buruknya orang adalah orang yang mengajak dan memerintahkan orang lain dalam kebaikan sedangkan ia tidak melaksanakan apa yang ia perintahkan tersebut.
2. Takwin Baitul Muslim (Pembentukan Keluarga Muslim)
Sulit memang jika kita berdakwah dalam keluarga sendiri, tapi memang sebelum berdakwah kepada orang lain, maka kondisikan terlebih dahulu keluarga kita. Karena bagaimanapun keluarga kita adalah orang yang paling terdekat dengan kita. Sungguh sangat penting bagi kita juga dalam memilih pasangan hidup, kita harus dapat memilihnya yang sama dengan kita dan dapat diajak berdakwah. Seringkali tantangan kita dalam berdakwah adalah keluarga kita, karena begitu mudah berdakwah kepada orang lain sedangkan keluarga kita sendiri belum terkondisikan. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengkondisikan keluarga kita sebelum berdakwah kepada orang lain. Ini adalah tantangan bagi kita. Karena dakwah di keluarga memang tidak mudah, karena mereka yang tahu bagaimana kita sebenarnya, yang perlu dikuatkan disini adalah bagaimana kita dapat mayakinkan kepada mereka tentang apa yang kita ucapkan dan mempertanggungjawabkan.
3. Irsyadul Mujmata’ (Pembibingan Masyarakat)
Ukhuwah yang terbina jika masyarakat di sekitar kita sudah merasa nyaman dengan kita. Dengan ukhuwah tersebut, kita dapat melakukan bimbingan kepada masyarakat, dengan melakukan pendekatan kepada mereka, mendengarkan keluh kesahnya dengan seksama kemudian kita berikan solusi dengan bimbingan islam yang telah diajarkan. Bimbingan kepada masyarakat dapat dilakukan dengan kita masuk dalam kehidupan mereka dan mencair dengan mereka dan kita yang mewarnai mereka bukan kita yang terwarnai. Dengan demikian, tentunya masyarakat akan merasa nyaman ketika berinteraksi dengan kita sehingga kitapun mudah masuk untuk memberikan bimbingan kepada mereka dan mudah untuk mengarahkan mereka.
4. Tahrirul Wathan (Pembebasan Tanah Air) Dari Setiap Penguasa Asing (Non Muslim)
Tanah air kita Indonesia berada dalam kondisi ini, secara pemerintahan sudah terbebas dari jajahan asing, namun belum merdeka di bidang-bidang lainnya. Seperti bidang ekonomi, kita masih menganut system ekonomi liberal yang diadopsi dari Negara asing, serta produk yang beredar dalam masyarakat kita masih tunduk pada asing karena kebanyakan barang-barang yang kita pakai adalah bukan produksi Negara kita sendiri. Hutang kita kepada Negara asingpun masih banyak, sehingga berdampak signifikan terhadap system perekonomian kita saat ini sejak orba ditumbangkan. Aneh, padahal kita mempunyai kekayaan alam yang melimpah ruah, namun kita tidak mampu mengolahnya secara kreatif sehingga bahan mentah itu dijual ke asing dan setelah diolah menjadi barang jadi malah di ekspor kepada sang pemilik barang mentah ini, ya Indonesia! Barang yang kita jual dibeli kembali oleh kita dengan harga yang sangat mahal, ini adalah bentuk penjajahan secara ekonomi. Mungkin kita tidak menyadari, karena para penguasa sibuk mencari celah kosong untuk mendapatkan uang yang banyak dengan cara yang instan, ya betul sekali dengan korupsi. Korupsi sangat merajalela di Negara kita, sehingga kita mendapatkan peringkat kelima karena prestasi kita dalam bidang pengkorupsian uang Negara dinilai sangat mahir. Memalukan! Negara islami kok korupsi. Miris sekali melihat kondisi negeri kita sekarang. Kita ini sedang dijajah secara ekonomi namun pemerintah tidak menyadarinya, sampai sekarang masih saja tunduk pada penguasa asing untuk melakukan kerjasama. Awalnya saja kerjasama padahal kita sedang dimonopoli, bilangnya membantu padahal itu merupakan bagian monopoli mereka terhadap Negara kita. Tapi kenapa pemerintah Indonesia tidak sadar-sadar? Bego amat! Dalam hal ini, yang perlu diperbaiki adalah system ekonomi kita jangan menganut system ekonomi asing, karena sangat merugikan kita sendiri. Bukankan dalam islam sudah mengajarkan bahwa system riba itu haram, lantas kenapa masih tetap dilakukan. Itulah sebabnya kita perlu masuk dalam system tersebut supaya dapat merubah menjadi system islam yang bersih dari segala hal yang mengotori islam itu sendiri. Jika negeri ini dibangun dengan syariat islam maka tidak ada perusakan di segala lini karena yang kita anut berdasarkan apa yang diajarkan oleh Al Qur’an. Dari mulai masalah keluarga sampai masalah perekonomian pemerintahan sekalipun.
5. Ishlahul Hukumah (Perbaikan Keadaan Pemerintah) Sehingga Menjadi Pemerintahan Islam Yang Baik
Untuk dapat mewujudkan tahap ini, adalah dengan memperbaiki birokrat-birokrat yang dibawahnya terlebih dahulu kemudian baru jika sudah terkondisikan kita memperbaiki pemerintahan yang diatasnya. Kita dapat melakukan perbaikan dengan melakukan penolakan-penolakan terhadap kebijakan yang tidak sesuai dengan syariat islam dan tidak mendukung rakyat, kita harus tegas untuk menurunkan pemerintah yang dzalim tersebut. Saat ini Negara kita masih didominasi oleh kemodernitasan sehingga masyarakat enggan dan tidak mau mengurusi permasalahan Negara. Jarang sekali masyarakat yang kritis terhadap masalah negaranya karena telinga dan mata mereka ditutup oleh system globalisasi dan modernisasi.
6. Iqamatul Khilafah (Mengembalikan Tegaknya Kekuasaan Khilafah) Yang Telah Hilang Serta Mewujudkan Persatuan Yang Diimpi-Impikan Bersama
Siapapun sungguh sangat merindukan khilafah, karena ini adalah wujud dari kesempurnaan islam dan kejayaan islam kembali dimulai. Saat ini islam mengalami kemunduruan karena pemimpinnya yang tidak mendukung tegaknya izzah islam. Tanpa mengenal rasa takut, kita mesti bergerak untuk mewujudkan izzah islam dengan menyebut asma Allah. Tegakkan panji-panji islam untuk menumbangkan kedzaliman dengan menyatukan umat islam untuk mencapai tujuan kemenangan islam. Membuat perubahan di negeri ini untuk menegakkan kekuasaan khilafah. Bergerak untuk bersatu merapatkan barisan demi membebaskan negeri ini dari segala penindasan dan penguasaan asing. Menuju tegaknya izzah islam. Kami rindu khilafah itu tegak di muka bumi khususnya negeri kita Indonesia. Untuk mewujudkan mimpi ini adalah dengan merubah system pemerintahan dengan konsep islam yang telah diajarkan dalam kitab Al Qur’an.
7. Ustadziyatul ‘Alam (Penegakan Kepemimpinan Dunia) Dengan Penyebaran Dakwah Islam Di Seluruh Negeri
Jika kita sudah melewati dan berhasil menegakkan tahap sebelumnya maka kita dengan mudah mencapai tujuan ini yaitu penyebaran dakwah di seluruh negeri. Kami rindu tahap ini terlaksana. Mari bersatulah umat muslim seluruh dunia untuk menegakkan izzah islam.
(membina angkatan mujahid, sa’id hawwa, eara intermedia, hal : 164-166)

Konsep tarbiyah hasan al banna :
Untuk melaksanakan tahapan diatas maka seseorang itu perlu dibina. Oleh karena itu, konsep ini sungguh sangat penting dalam pergerakan dakwah kita. Manhaj At Takwin Wat Tarbiyah (konsep kaderisasi dan pembinaan). Dalam hal ini tarbiyah merupakan sebuah system sekaligus proses pendidikan, pembentukan, pembinaan, atau kaderisasi yang diwariskan Hasan Al Banna kepada generasi pengemban dakwah islam. Melalui takwin inilah kita dapat melahirkan kader muslim yang handal. Hasan Al Banna merupakan murabbi awal gerakan islam yang pada masa sekarang telah sukses menduplikasi dalam wujud generasi dakwah ikhwanul muslimin.
Konsep tarbiyah inilah yang nantinya akan membantu dalam proses pembentukan pribadi muslim tersebut seperti yang dijelaskan diatas. Dalam hal ini kita mempunyai sarana untuk membantu terwujudnya langkah ini. Kita dapat menyimpulkan bahwa konsep tarbiyah dan pembentukan karakter muslim itu sangat ada korelasi dan untuk mencapai semuanya kita perlu sarana yang mendukung. Sarana tersebut adalah suatu objek yang dapat membina dan membentuk kepribadian muslim menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Sarana Pembentuk Pribadi Muslim :
1. Murabbi (pembinaan)
2. Manhaj (sistem)
3. Bi’ah shalihah (lingkungan yang sehat)
Serangkaian kegiatan tadi adalah jihad. Jihad itu harus dilandasi dengan iman yang kuat, Imam Hasan Al Banna memberikan slogan yang dapat dijadikan pedoman dalam berjihad.
Slogan Pedoman Dakwah Hasan Al Banna :
1. Allah Ghayatuna (Allah tujuan kami)
“Barang siapa mati, sedangkan ia belum pernah bereperang atau berniat untuk bereprang, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah”
Berdasarkan hadits Rasulullah diatas maka dapat kita simpulkan bahwa jihad adalah sebuah kewajiban yang hukumnya tetap sampai hari kiamat. Niat awal berjihad adalah karena adanya pengingkaran dalam hati, yang tujuan akhirnya adalah berperang di jalan Allah. Bentuk jihad itu bermacam-macam, yaitu dengan tulisan, tangan dan lisan yang benar terhadap penguasa tirani yang dzalim. Dakwah belum lengkap jika kita belum berjihad, itu ungkapan Hasan Al Banna. Oleh karena itu, jika kita ingin menyempurnakan perjalanan dakwah kita, maka berjihadlah semampu kita. Pengorbanan orang yang berjihad di jalanNYA akan ditebus dengan pahala yang nilainya berlipat-lipat di surgaNYA kelak. Hal ini sesuai dengan Firman Allah sebagai berikut:
“Berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad.” (QS. Al Hajj:78)
Maka, kenapa kita masih ragu untuk berjihad di jalan Allah, sedangkan janji Allah itu pasti diberikan kepada hamba-hamba yang rela berkorban di jalanNYA.
2. Al Jihad Sabiluna (Al Jihad jalan kami)
Imam Hasan Al Banna telah mengisi hidupnya dengan kerja dakwah dan jihad di jalan Allah. Jihad harus dilandasi dengan Tadhhiyah (pengorbanan). Pengorbanan dalam hal ini bisa dalam bentuk jiwa, harta, waktu, kehidupan dan segala sesuatu yang dimiliki oleh seseorang untuk meraih tujuan. Tidak ada perjuangan di dunia tanpa dilandasi dengan Tadhhiyah. Namun, kita seringkali mengartikan pengorbanan secara sempit, sehingga kita ragu untuk berkorban di jalanNYA, padahal janji Allah begitu nyata. Harus dibedakan disaat orang lain bersantai di rumah, sedangkan kita ikut dalam barisan aksi untuk membela keadilan dan kesejahteraan rakyat, serta menegakkan syariat islam di muka bumi dengan meruntuhkan pemimpin tirani yang dzalim. Jika engkau masih ragu untuk berjihad dengan Tadhhiyah yang engkau miliki, maka tidak ingatkah engkau apa yang Allah firmankan sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka” (QS. At Taghabun:111)
Kesyahidan Imam Hasan Al Banna Rahimahullah telah menjadi inspirasi bagi kita kaum muslimin, bahwa dalam berjihad kita memerlukan Tadhhiyah yang kuat. Bangsa Indonesia juga punya kisah tersendiri sepanjang sejarah yang melukiskan pengorbana seorang Muhammad Toha dalam membela tanah air tercinta, Indonesia. Namanya juga diabadikan menjadi jalan besar di Kota Bandung. Beliau adalah seorang pelaku ‘Amaliyatul Istisyahd (Operasi Syahid) ketika beliau meledakkan gudang amunisi Belanda dengan kehancuran dirinya sekaligus didalamnya. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan “Bandung Lautan Api”. Kitapun tidak begitu saja tega mengatakan kalau kejadian tersebut adalah peristiwa bom bunuh diri. Darah para syuhada pada hakikatnya dapat menyuburkan tanah yang terkena siraman darahnya.
Sungguh sangat penting jika kitapun mengikuti jejak langkah mereka yang telah syahid di jalan Allah. Sehingga kita dikumpulkan bersama para Nabiyyin, Shiddiqin, Syuhada dan Shalihin. Lalu, apa lagi yang membuat kita ragu untuk pergi ke medan jihad, manakala medan jihad itu sangat nyata nampak di hadapan kita. Apakah kita lari dari semua masalah ini? Apa kamu tidak yakin akan janji Allah yang begitu nyata sebagaimana firmanNYA:
“Diantara orang-orang mu’min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah maka dianatar mereka ada yang gugur. Dan diantara mereka ada pula yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya.” (QS. Al Ahzab:23)
Lalu masih ragukah kamu saat ini untuk melakukan jihad dengan Tadhhiyah? Siapkah untuk bertadhhiyah dijalanNYA? Apa yang kamu miliki sekarang semuanya akan kembali kepada pemilikNYA. Begitupun diri ini, harta kita, orangtua kita, apapun yang kita miliki semuanya akan kembali kepada Sang Pemilik. Apapun yang ada di dunia ini adalah titipan, jadi jangan kaget atau shock jika apa yang kita miliki diambil oleh pemilikNYA. Belajarlah dari tukang parker yang sering menerima titipan orang, dan bergembira disaat titipan itu diambil, dia tidak mengharapkan apa-apa karena dia tau barang yang dititipkannya itu adalah sementara. Begitupun dengan kita, untuk apa kita ragu untuk mengembalikan semua pinjaman kita kepada pemilikNYA. Sangat memalukan jika hati kita masih ada rasa ragu! Astaghfirullah…

0 comments:

Post a Comment